Tuesday, April 10, 2018

“KEPEDULIAN PEMUDA TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA”

Ditulis oleh : Halimtrinanta
 KARYA ILMIAH

Pembangunan suatu bangsa memerlukan dau aset utama “daya” yang disebut sumberdaya (resources), yakni sumberdaya alam (natural resources), dan sumber daya manusia (human resources), kedua sumber daya tesebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan dalam mewujudkan pendidikan. Bicara masalah sumber daya manusia, sebenarnya dapat dilihat dari dua aspek, yakni kualitas dan kuantitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia. Sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut.

Sejak Indonesia merdeka, pendidikan belum pernah berada pada posisi utama strategi pembangunan dalam kebijakan politik negara, pendidikan hanya dijadikan alat politik untuk melanggengkan kekuasaan. Perlu disadari bahwa mendidik ibarat seorang sedang membuat garis lurus pada sebuah kertas, sedikit saja miring dalam menggaris maka akan semakin jelas terlihat kemiringan garis tersebut. Kesalahan dalam mendidik akan dirasakan akibatnya setidaknya 9 tahun ke depan. Kesalahan pendidikan di masa lalu atau masa sekarang akan semakin jelas nampak seiring dengan berjalannya waktu. oleh sebagian besar masyarakat merupakan akibat dari kesalahan sistem pendidikan secara keseluruhan, baik yang formal, non formal maupun yang in formal.

 Institusi-institusi pendidikan cenderung mengajarkan kepada anak didiknya pengetahuan, keterampilan, dan sedikit sikap, kurang memberikan pendidikan mengenai etika moral yang biasanya hanya ditugaskan kepada pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti. Sebenarnya semua bidang ilmu memiliki nilai etik dan seharusnya nilai etik ini diberikan secara proporsional pada saat mengajarkan substansi materi keilmuan.

Pemuda  adalah nafas zaman, tumpuan masa depan bangsa yang kaya akan kritik, imajinasi, serta peran dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah perubahan masyarakat agent of change. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peran penting dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita. dalam perspektif bangsa kita, sesungguhnya adalah sejarah anak-anak muda.

Pilihan antara regenerasi dan rejuvenasi itu, jelas mengandung konsekuensi yang berbeda, di mana generasi muda diharapkan dapat memilih dengan cara yang tepat. Bahwa pilihan untuk melakukan, baik regenerasi maupun rejuvenasi, sangat terkait dengan keinginan agar pendidikan  mampu melakukan suatu perubahan yang signifikan. Sebab jika keduanya tanpa menawarkan konsep dan perubahan, berarti hanya merupakan suksesi biologis atau sekadar power shift.

Hiruk- pikuk tuntutan tentang pentingnya kaum muda diberi peran  lebih besar seharusnya tidak hanya menuntut dilakukannya regenerasi, tetapi juga mengangkat konsep perubahannya juga. Munculnya Mahatma Gandhi sebagai tokoh muda anti kolonialis yang fenomenal di India, karena menawarkan suatu gerakan perubahan alternatif (swadeshi). Hal yang sama terjadi saat Mao Ze Dong muncul sebagai tokoh muda dengan konsep long march-nya. Sedangkan perubahan revolusioner digambarkan oleh sepak terjang Che Guevara dan Fidel Castro muda pada masa lalu.

Salah satu tujuan nasional negara seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperuntukkan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang usia. Bagi penduduk usia muda, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup di masa depan.

Penting bagi kesadaran manusia, agar dia tidak menjadi makhluk amorf  tanpa bentuk, dan lupa daratan tanpa kesadaran, sebab tidak tahu lagi awal dan akhir keberadaannya (purwadaksi-nya). Refleksi diri dan pengenalan jati diri mendorong orang untuk menyadari hak, kewajiban dan status kedudukannya di tengah kaum serta bangsanya. Eksistensi diri itu harus diperjuangkan dalam hidupnya secara terus menerus sampai akhir hayatnya, lewat proses belajar dan mendidik diri sendiri (manusia dewasa).

Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan potensi individu menuju kebahagiaan masyarakat ataupun sebagai pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, tetapi pendidikan juga berpotensi untuk mendidik kedua aspek dalam diri manusia, yaitu jasmani dan ruhani. Dengan pendidikan jugalah manusia dibedakan dengan hewan. Hewan juga belajar, tetapi didasarkan pada insting, sedangkan bagi manusia, belajar merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.

Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian lainnya, maka kualitas dan mutu dari peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam bidang akademik.

Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan kepada tantangan dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja berjalan dengan bebas. Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi keadaan pendidikan di Indonesia. Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan, menuntut Indonesia melakukan reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah mudah, hal ini sangat menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk menjalankannya.

Dari latar belakang penulis maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.      Bagaimana peran pemuda dalam mewujudkan pendidikan di Indonesia?
2.      Dan bagaimana untuk meningkatkan sumberdaya yang berkualitas?
1.Tujuan
·         Untuk mengetahui peran pemuda dalam mewujudkan pendidikan di Indonesia.
·         Untuk mengetahui cara meningkatkan mutu kualitas dalm pendidikan.
2. Tujuan Penulis
Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah memberikan pemahaman terhadap pemuda agar dapat berfikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menungkannya secara sistimatis dan trstruktur.
Dalam karya ini pemuda tetap berperan aktif sebagai agent of change dalam pembawa perubahan yang lebih baik lagi yang memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.                 

A.    Pendekatan Teoritis

Pendidikan bukan hanya untuk di ketahui belaka melainkan dengan memahaminya lalu berusaha untuk menjalankan perosesnya berdasarkan apa yang memang tertuang dalam pengertian pendidikan tersebut. Kita terlalu sering melihat berbagai kejadian nyata yang mencoreng nama baik dari pendidikan tersebut mungkin salah satu penyebabnya adalah dikarenakan mereka tidak menguasai nilai – nilai apa yang di artikan dalam kata pendidikan itu sendiri. Kata Pendidikan berdasarkan KBBI berasal dari kata ‘didik’ dan kemudian mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ Pedagogi “ kata dasarnya “ Paid “ yang berartikan “ Anak “ dan Juga “ kata Ogogos “ artinya “ membimbing ”. dari beberapa kata tersebut maka kita simpulkan kata pedagos dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik Anak .
Pendidikan adalah sebuah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pendidikan adalah suatu upaya untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga mempunyai kemampuan yang dikembangkan dari sumber daya manusia yang mencangkup berbgai aspek. Prof.DR. Soekidjo Notoatmodjo  mengatakan dalam bukunya, utamanya aspek non-fisik, yakni kemampuan berfikir, penalaran, intelektual, keterampilan, dan sebgainya. Untuk mengembngkan kemampuan seperti ini, dengan sendirinya diperlukan kemampuan menyerap informasi melalui berbagai cara, utamanya membaca dan menulis.

Pemuda Dalam Mewujudkan Pendidikan

Pemuda adalah setiap warganegara Indonesia yang berusia 16−30 tahun seperti yang termuat dalam Usia yang demikian potensial untuk membentuk serta mengembangkan diri bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Peran pemuda sangatlah penting dan strategis dalam mempertahankan kemerdekaan dan juga dalam mengisi kemerdekaan bangsa. Sejarah telah mencatat perjuangan pemuda Indonesia dari mulai sebelum merdeka, sampai sekarang saat Indonesia sudah merdeka.

 Peran pemuda dalam sejarah bangsa Indonesia telah menghasilkan pergerakan-pergerakan nasional yang berbuah pada kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tahun 1908 pergerakan Budi Oetomo berhasil memupuk bibit nasionalisme, tahun 1928 dengan Sumpah Pemuda berhasil menggalang semangat persatuan nasional, dan pergerakan pemuda tahun 1945 berhasil mewujudkan citacita kemerdekaan. Begitu juga pada masa lahirnya reformasi pada tahun 1998, tidak luput dari peran pemuda dengan kesatuan aksi mahasiswa-nya.

Pada tahun 2012 sebanyak 1,17 persen. Pemuda yang masih bersekolah sebesar 18,79 persen. Hal ini terlihat dari persentase pemuda yang masih bersekolah selama periode tahun 2010−2012 dimana persentasenya cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 persentase pemuda yang masih bersekolah sebesar 17,45 persen, naik menjadi 17,48 persen di tahun 2011 dan sebesar 18,79 persen di tahun 2012.

Dilihat di atas, setiap tahun pendidikan mengalami kenaikan sampai 18,79% di tahun 2012. Pendidikan  diharapkan mampu menjadi jalan alternative dan  di samping itu pendidikan adalah sebagai media bagi manusia dalam menemukan siapa sesungguhnya diri atau pribadinya. harus ada yang dijadikan patokan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara yang rakyatnya cerdas dan makmur. Adapun untuk mewujudkannya, bisa dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, termasuk bagaimana proses atau penanganannya. Proses ini akan memakan waktu yang tidak sebentar. Hal ini dikarenakan pergerakan manusia Indonesia yang sangat beragam, ditambah dengan perkembangan dunia saat ini.

           
Bagi setiap orang, pendidikan sengatlah penting untuk saat ini. Tujuan pendidikan sendiri tidak terlepas dari hakekat manusia yang sesungguhnya yaitu sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama dalam kelompok. Dalam kebersamaannya manusia memilki tata aturan, nilai, budaya, teknologi, simbol-simbol kebersamaan dan sebagainya yang mesti dipertahankan maupun dikembangkan. Tugas mempertahankan dan mengembangkan tata aturan, nilai, budaya,
teknologi, simbol-simbol kebersamaan dan sebagainya itu diserahkan kepada institusi pendidikan, baik yang formal, non formal maupun yang informal.

Tujuan pendidikan nasional kita dijabarkan dari tujuan negara, yang pada hakekatnya menjadi kondensasi dari tujuan hidup segenap rakyat Indonesia. Artinya, harapan dan keinginan rakyat yang menghendaki jenis-jenis pendidikan tertentu dan sangat diperlukan sebagai instrument pemecah kesulitan hidup itu benarbenar menjadi basis konstitusi bagi ditegakkannya sistem pendidikan.

Adapun fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Meningkatkan Sumber Daya Yang Berkualitas

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial dan individu. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia cenderung menjalin hubungan dengan sesamanya, baik antar pribadi maupun kelompok. Hubungan ini dikenal dengan interaksi sosial yang bila terjadi berulang-ulang akan membentuk sebuah kelompok sosial. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, aspek kegiatan sosial budaya juga mengalami perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat. Dewasa ini semakin banyak kegiatan yang menuntut interaksi dan kerjasama antar sesama manusia. Hal ini didukung dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi.

Demikian juga dengan pemuda, sebagai pemegang tongkat estafet pembangunan harus senantiasa mengikuti perkembangan terkini dari setiap peristiwa yang terjadi di masyarakat. Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju, tentunya pemuda harus dapat mengakses berbagai informasi dari seluruh dunia untuk memperdalam wawasan dan
pengetahuannya.

Berbagai sarana dalam mengakses informasi semakin beragam dan mudah didapat, baik dari sisi jenis maupun jumlahnya. Media cetak sepertisurat kabar, majalah, buku maupun media elektronik seperti radio, televisi dan internet sekarang menyajikan berbagai program dan informasi yang berguna. Namun, pemuda diharapkan tetap menggunakan identitasnya dalam melakukan perannya dalam kelompok sosial.

    Kegiatan Membaca
Membaca adalah aktifitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang terakhir adalah menuliskan kembali berdasarkan analisis pikiran kita sendiri. Selain itu, membaca dapat diartikan juga semacam kreasi berpikir. Bukan sekedar melafalkan huruf, kata, kalimat, paragraf hingga bab demi bab.

Tapi, juga ruang dimana pikiran tertantang untuk kritis. Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, kejadian-kejadian yang terjadi seluruh penjuru dunia dapat dengan mudah kita ketahui, itu karena perkembangan teknologi yang semakin tinggi. Bukan hanya itu saja, minat membaca juga mempunyai peran dalam hal ini.

Kita sering mendengar istilah “Membaca dapat membuka jendela dunia”, ini berarti dengan membaca dapat menambah wawasan kita. Banyak sekali manfaat yang akan kita dapat dengan membaca. Dengan membaca, kita akan terhalang untuk masuk ke dalam kebodohan. Selain itu, orang akan dapat mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata. Kita akan mendapatkan banyak informasi dari kegiatan membaca tersebut.

Seharusnya, membaca sudah menjadi budaya yang mendarah daging di tubuh kita. Namun, budaya membaca khususnya di kalangan pemuda masih rendah. Berdasarkan hasil Susenas 2012, pemuda di Indonesia yang melakukan kegiatan membaca dalam seminggu terakhir tercatat sebesar 44,62. Apabila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal, minat membaca pemuda yang tinggal di perdesaan masih lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal di daerah perkotaan (37,15 persen berbanding 51,97 persen). Hal ini disebabkan antara lain akses, ketersediaan buku, surat kabar, dan majalah yang relatif masih terbatas serta daya beli yang relatif lebih rendah di daerah perdesaan.

Dalam melakukan aktivitas membaca, seseorang dapat membaca lebih dari satu jenis bacaan. Jenis bacaan yang paling banyak dibaca oleh pemuda adalah buku pelajaran (19,08 persen), surat kabar (17,72 persen) dan bacaan lainnya (17,59 persen). Apabila diperhatikan menurut tipe daerah, jenis bacaan yang banyak dibaca oleh pemuda di daerah perkotaan yaitu surat kabar (25,49 persen), buku pelajaran sekolah (21,92 persen) dan buku pengetahuan (18,08 persen). Sementara itu, jenis bacaan yang banyak dibaca oleh pemuda di perdesaan adalah bacaan lainnya (18,27 persen), buku pelajaran sekolah (16,18 persen) dan buku pengetahuan (13,28 persen).

Perbedaan jenis bacaan juga terlihat antara pemuda laki-laki dan perempuan. Jenis bacaan yang banyak dibaca oleh pemuda laki-laki adalah surat kabar, buku pelajaran sekolah dan bacaan lainnya dengan persentase masing masing sebesar 21,40 persen, 18,06 persen dan 16,84 persen. Sedangkan pemuda perempuan lebih banyak membaca buku pelajaran sekolah (20,10 persen), bacaan lainnya (18,33 persen) dan buku pengetahuan (16,45 persen).
           
Dilihat di atas bahwa, budaya baca sangat tinggi di perkotaan dari pada di perdesaan. Itu disebankan oleh akses yang jauh dan minimnya transportasi untuk menuju perdesaan tersebut. Pemerintah menggupayakan bagaiman pemuda yang ada diperdesaan dapat membaca segala buku-buku yang ada di perkotaan.

 Metode Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran mengajar atau proses penyampain materi pendidikan atau pelatihan kepada sasaran pendidik, di samping itu metode dan alat bantu pendidikan turut memegang peranan penting. Sebab bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya mengubah tingkah laku, tida terlepas dari metode dan alat bantu pendidikan yang digunakan. Pada gari besar ada dua proses pembelajaran dan mengajaryaitu sebagai berikut:


Metode didaktik (One Way Method)

Metode ini menitik beratkan bahwa pendidikan yang aktif, sedangkan pihak sasaran pendidikan tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang masuk metode ini antara lain:
a.       Metode ceramah
Penyajian matri belajar secara lisan. Tujuan ini adalah member pengetahuan sebanyak mungkin, dalam rangka merangsang pendengaran.

b.      Metode didaktik lainnya:
1.      Siaran radio
2.      Pemutaran filim/slide
3.      Penyebaran pamflet, booklet, poster, dan sebagainya.

    Metode Sokratik (Two Way Method)

Metode ini menjamin adanya komunikasi dua antara pendidik dan sasaran pendidik. Yang aktif bukan pihak pendidik saja, melainkan sasaran pendidik. Yang masuk metode ini antra lain:

a.       Diskusi
Pembicaraan mengenai topik, dengan tujuan untuk merumuskan kepentingan bersama, diskusi sebanyak 6 orang samapi 20 orang. Metode ini digunakan untuk pemecahan masalah,
b.      Role playing
Permainan tentang keadaan atau kejadian yang dilakukan oleh anggota-anggota yang sedang mengalami proses pembelajaran. Tujuannya untuk memperagakan atau menarik perhataian tentang hubungan sikap-sikapyang khas harus di pelajari.
c.       Siminar
Suatu studi khusus yang biasanya diikuti oleh lebih dari 30 orang, dan dipimpin oleh seorang yang ahli dalam bidang yang dipelajarinya.
d.      Simposium
Suatu rangkain ceramah yang diberikan oleh 2 atau sampai 5 orang, dengan topik yang berlainan tetapi berhubungan erat satu sama yang lain.
e.       Konferensi
Suatu pertemuan ahli-ahli dari instansi-instansi dengan tujuan mencoba bersepakat mengenai hal-hal yang penting dan khusus.
f.       Forum
Suatu diskusi terbimbing dengan manusia sumber dan mendiskusikan masalah-masalah.
g.      Debat
Debat ialah sebuah metode dimana pembicaraan dari pihak yang pro dan kontra yang menyampaikan pendapat mereka.
h.      Tugas perorangan
Pemberi tugas pemecahan masalah secara perorangan.
i.        Lokakarya
Suatu pertemuan dari orang-orang yang berpengalaman dan bertanggung jawab dan ahli-ahli yang dapat membantu mereka, guna membicarakan masalah atau pembelajaran merekayang di rasakan sukar untuk dipecahkan sendiri.

Uraian-uraian tesebut hanya mengemukakan berbagai cara menyampaikan bahan pembelajaran kepada sasaran pendidik. Sasaran pendidik biar bisa berinteraksi dalam percakapan kelompok dan bisa menganalisis kasus-kasus secara baik.


Penanggulangan Masalah Pembelajaran

Penanggulangan masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok permasalahan pendidikan di atas.

Gaya Belajar

Untuk menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan pelaksanaan kegiatan belajar baru yang lebih menarik. Gaya belajar dapat dilakukan dalam 3 bentuk, dan dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Yaitu belajar secara Somatis, Auditori dan Visual.
a. Somatis
Somatis bersal dari bahasa Yunani, yang berarti tubuh. Jadi belajar somatis dapat disebut sebagai belajar dengan menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta menggunakan dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar pada saat ini otak merupakan organ tubuh yang paling dominan. Pembelajaran yang dilakukan seperti merupakan kegiatan yang sangat keliru.

Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan mampu untuk duduk tenang. Mereka harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak dan pikiran mereka tetap hidup. Anak-anak seperti ini disebut sebagai “Hiperaktif“. Pada sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat. Namun yang dijumpai pada anak-anak hiperaktif adalah penderitaan, dimana sekolah mereka tidak mampu dan tidak tahu cara memperlakukan mereka. Aktivitas anak-anak yang hiperaktif cenderung dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban proses pembelajaran.

Dalam satu penelitian disebutkan bahwa “jika tubuhmu tidak bergerak, maka otakmu tidak beranjak“. Jadi menghalangi gaya belajar anak somatis dengan menggunakan tubuh sama halnya dengan menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Mungkin dalam beberapa kasus, sistem pendidikan dapat membuat cacat belajar anak, dan bukan menggangu jalannya pembelajaran.

b. Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, dan bahkan tanpa kita sadari. Begitu juga ketika kita berbicara, area penting dalam otak kita akan menjadi aktif.         

Semua pembelajaran yang memiliki kecenderungan auditori, belajar dengan menggunakan suara dari dialog, membaca dan menceritakan kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya auditori lambat laun mulai menghilang. Seperti adanya peringatan jangan berisik di perpustakaan telah menekan proses belajar secara auditori.

                        c. Visual
Ketajaman visual merupakan hal yang sangat menonjol bagi sebagian peserta didik. Alasaannya adalah bahwa dalam otak seseorang lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.

Setiap orang yang cenderung menggunakan gaya belajar visual akan lebih mudah belajar jika mereka melihat apa yang dibicarakan olah guru atau dosen. Peserta didik yang belajar secara visual akan menjadi lebih baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran mengenai suatu konsep pembahasan.
Peserta didik yang belajar secara visual ini, akan lebih baik jika mereka menciptakan peta gagasan, diagram, ikon dan gambar lainnya dengan kreasi mereka sendiri.

Gaya Mengajar

Pelaksanaan pembelajaran sangat ditunjang oleh keahlian pendidik dalam mengatur suasana kelasnya. Seringkali dalam proses penyampaian materi, pendidik langsung mengajar apa adanya. Ada pendidik yang tidak mau memikirkan cara menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahasnya.

Menyampaikan materi bukan hanya sekedar berbicara di depan kelas saja, tetapi suatu cara dan kemampuan untuk membawakan materi pelajaran menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi lebih penting. Dengan komunikasi seseorang bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan. Komunikasi yang efektif tidak berarti pasti dan harus dapat menjangkau 100%.

Komunikasi yang efektif berarti mengerti dengan tanggung jawab dalam proses menyampaikan pemikiran, penjelasan, ide, pandangan dan informasi. sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terjadi secara optimal.
Gaya mengajar seperti ini akan lebih bermanfaat dalam proses peningkatan mutu, kualitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan.

Oleh karena itu peran utama seorang pendidik perlu diperbaharui. Peran pendidik seharusnya adalah sebagai fasilitator dan katalisator. Peran guru sebagai fasilitator adalah menfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam hal ini, peserta didik harus berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran. Karena sebagai fasilitator, maka posisi peserta didik dan pendidik adalah sama.

Sedangkan peran pendidik sebagai katalisator adalah dimana pendidik membantu anak-anak didik dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Pendidik bergerak sebagai pembimbing yang membantu, mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter emosi, serta aspek intelektual peserta didik. Pendidik sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terjadi secara optimal.

Pengajar yang baik

Secanggih apapun kurikulum, metode dan alat bantu pendidikan atau pembelajaran, namun yang paling penting adalah, orang dibalik itu semu, yakni pendidik, pengajar, atau pelatihan. Untuk menjadi pengajar yang baik diperlukan antara lain:
1.      Persiapan
Disamping persiapan materi yang akan disampaikan, harus mempersiapkan mental. Bahan pengajaran perlu di perhatikan
2.      Sikap mengajar
Pengajar yang baik, sebaiknya tidak hanya duduk saja, lebih-lebih duduk di meja tetapi lebih banyak berdiri. Sikap berdiri yang baik adalah di antara papan tulis atau layar prokektor dengan bangku terdepan di peserta. Pandang luas, kuasai kelas.
3.      Suara
Hendaknya cukup keras (tetapi tdak terlalu keras), jelas sehingga dapat ditangkap oleh seluruh isi kelas.
4.      Tulisan
Tulisan di papan tulis hendaknya cukup besar sehingga terbaca oleh peserta kelas
5.      Alat peraga
Alat peraga sangat menolong dalam penyampaian bahan pelajara.  (pepatah, motivasi).


Faedah Pendidikan

Secara terperinci, faedah alat perangan antara lain sebagai berikut:
1.      Menimbuhkan minat sasarana pendidikan.
2.      Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3.      Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4.      Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan.
5.      Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6.      Merangsang pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
7.      Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.
8.      Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9.      Mendorang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya member pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatuyang memang diperlukan akan menimbulkan pengertiannya. Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan member pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan/memakai sesuatu yang baru tersebut
10.  Membantu menegakkan pengertian yang di peroleh.    

Di dalam menerima yang baru, manusia mempunyai kecendrungan untuk melupakan atau lupa. Untuk mengatasi hal-hal ini akan membantu menegakakn pengetahuan-pengetahuan yantelah di terima oleh seseorang sehingga apa yang di terima akan lebih lama tinggal atau tersimpan dalam ingatan. tetapi pendidikan juga berpotensi untuk mendidik kedua aspek dalam diri manusia, yaitu jasmani dan ruhani. merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih baik.

Partisipasi Pemuda dalam Kegiatan Olahraga

Kegiatan olahraga perlu ditanamkan dan dikembangkan kepada seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air, dalam usaha memasyarakatkanolahraga dan mengolahragakan masyarakat. Olahraga dilakukan tidak hanya semata-mata mengisi waktu senggang atau hanya sekedar memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Ada empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga sekarang ini yaitu: (a) mereka melakukan olahraga untuk rekreasi, (b) tujuan pendidikan, (c) mencapai tingkat kesegaran jasmani tertentu, (d) mencapai sasaran atau prestasi tertentu.

Olahraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani. Dewasa ini olahraga sudah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam berolahraga tiap-tiap individu mempunyai tujuan yang berbeda–beda, ada yang bertujuan untuk prestasi, kesegaran jasmani, rekreasi, maupun untuk memperolehnilai khususnya pada anak-anak sekolah.

Persentase pemuda yang melakukan olahraga relatif masih cukup rendah yaitu sebesar 24,08 persen (Tabel 7.5). Persentase pemuda di perkotaan yang berolahraga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (28,06 persen berbanding 20,03 persen). Lebih besarnya pemuda yang melakukan olahraga di perkotaan daripada perdesaan diduga karena ketersediaan fasilitas olahraga yang lebih lengkap di daerah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan.

Partisipasi pemuda laki-laki dalam kegiatan olahraga relatif lebih tinggi dibandingkan perempuan. Persentase pemuda laki-laki yang melakukan olahraga sebesar 31,50 persen sedangkan pemuda perempuan sebesar 16,63 persen. Persentase pemuda laki-laki di perkotaan yang berolahraga sebesar 35,91 persen, sedangkan pemuda perempuan sebesar 20,14 persen. Sementara itu pemuda lakilaki di perdesaan yang berolahraga sebesar 27,00 persen, sedangkan pemuda perempuan sebesar 13,06 persen.

 Mayoritas pemuda melakukan kegiatan olahraga untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan tersebut sangat berkaitan dengan cara nangkap otak dalam pembelajara yang telah di berikan pendidik yang bertujuan anggar sasaran pendidik dapat lebih menjaga prestasi, kesegaran jasmani, rekreasi, maupun untuk memperoleh nilai khususnya pada anak-anak sekolah.

Gagasan Inovasi Penulis

Pendidikan hanya dijadikan alat politik untuk melanggengkan kekuasaan di bangsa ini, masih banyaknya pemuda yang tdak dapat meneruskan pendidikan yang disebabkan oleh ekonomi yang tdak stabil di keluarga. Banyak program-progaram pemerintahan yang kurang tepat dalam merealisasikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Indonesia belum juga beranjak dari kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan UNESCO tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara. Pada tahun 2011, Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara.

 Maka Penulis menetapkan judul  Kepedulian Pemuda terhadap dunia pendidikan di Indonesia”. Pada pemuda-pemudalah yang mampu dalam mewujudkan pendidikan, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.


     Kesimpulan

Kesalahan dalam mendidik akan dirasakan akibatnya setidaknya 9 tahun ke depan. Kesalahan pendidikan di masa lalu atau masa sekarang akan semakin jelas nampak seiring dengan berjalannya waktu. oleh sebagian besar masyarakat merupakan akibat dari kesalahan sistem pendidikan secara keseluruhan, baik yang formal, non formal maupun yang in formal. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peran penting dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita dalam perspektif bangsa kita.

pendidikan juga berpotensi untuk mendidik kedua aspek dalam diri manusia, yaitu jasmani dan ruhani. Dengan pendidikan jugalah manusia dibedakan dengan hewan. . pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperuntukkan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang usia. Bagi penduduk usia muda, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup di masa depan.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar. Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat.

 Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian atau industri, maka kualitas dan mutu dari peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam bidang akademik.

Dengan adanya kegiatan yang membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani. Dewasa ini olahraga sudah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam berolahraga tiap-tiap individu mempunyai tujuan yang berbeda–beda, ada yang bertujuan untuk prestasi, kesegaran jasmani, rekreasi, maupun untuk memperolehnilai khususnya pada anak-anak sekolah.

Membaca adalah aktifitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang terakhir adalah menuliskan kembali berdasarkan analisis pikiran kita sendiri. Selain itu, membaca dapat diartikan juga semacam kreasi berpikir. Bukan sekedar melafalkan huruf, kata, kalimat, paragraf hingga bab demi bab. Tapi, juga ruang dimana pikiran tertantang untuk kritis. Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, kejadian-kejadian yang terjadi seluruh penjuru dunia dapat dengan mudah kita ketahui, itu karena perkembangan teknologi yang semakin tinggi. Bukan hanya itu saja, minat membaca juga mempunyai peran dalam hal ini.

Dengan membaca, kita akan terhalang untuk masuk ke dalam kebodohan. Selain itu, orang akan dapat mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata. Kita akan mendapatkan banyak informasi dari kegiatan membaca tersebut.

Mayoritas pemuda melakukan kegiatan olahraga untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan tersebut sangat berkaitan dengan cara nangkap otak dalam pembelajara yang telah di berikan pendidik yang bertujuan anggar sasaran pendidik dapat lebih menjaga prestasi, kesegaran jasmani, rekreasi, maupun untuk memperoleh nilai khususnya pada anak-anak sekolah.

  Saran

            Kita sangat mengharakan pemuda dapat berperan aktif lagi dalam mencerdaskan anak bangsa.  pendidikan belum juga merata sampai saat sekarang ini,. Kenapa membaca di kota lebih tinggi? Di kota tidak hanya kabupaten atau ibu kota provinsi, kota sebagai pusat transportasi dalam segala hal-hal lintas kepentingan rakyat. Kerna itu angka pemembaca di kota tinggi, kerna buku-buku mudah di dapat.

Pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen, sehingga anak-anak bisa mengerti lebih cepat dalam memahami belajar.

            Pemeritah arus bisa meratakan pendidikan bukan hanya di kota tetapi di perdesaan juga sagat di perlukan, dalam pencepatan pendidikan setempat. Dlam hal ini saya mengharapakan masyarakat agar ikut berpatisipasi dalam mencerdaskan anak bangsa yang akan membawa perubahan di negri ini di tahum 2020 nantik.
  


Daftar pustaka

Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural (Magelang: Indonesiatera,2003), hal. 220.

Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U., Nalar,hal. 79.

Prof. Dr. Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi (Jakarta: PenerbitBuku Kompas, 2002), hal. 227.

Anis Matta, Mencari Pahlawan Indonesia(Jakarta: The Tarbawi Center, 2004), hal. 35-36.
Anis Matta, Mencari, hal. 5

Maarif, A. Syafii, Abdullah Fajar, dkk. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta:Tiara Wacana
.
Matta, Anis. 2004.Mencari Pahlawan Indonesia. Jakarta: The Tarbawi Center.

Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Nalar Spiritual Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Rohim, Husni. 2001.Arah Baru Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: Logos.

Shofan, Moh. 2004. Pendidikan Berparadigma Profetik. Yogyakarta: IRCiSoD-UMG Press.
Tholkhah, Imam dan Ahmad Barizin, A. Malik Fadjar. 2004. Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai Akar

Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Tilaar, H.A.R. 2003. Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural. Magelang: Indonesiatera

Badan Pusat Statistik, Buku IV Survei Sosial Ekonomi Nasional 2012, Pedoman
Pencacahan MSBP, Jakarta, 2012

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Gerakan

Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun Dan Pemberantasan Buta Aksara Presiden Republik Indonesia
Kementerian Pemuda dan Olahraga, Rencana Strategis Kementerian Pemuda danOlahraga Tahun 2010-2014, Jakarta, 2009



Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.

Kartasasmita, G., (1996), Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta, Cides

Hettne, B., (2001), Teori Pembangunan dan Tiga Dunia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Fajar, M., Pendidikan Harus Bisa Membekali Lulusannya Menghadapi Kehidupan, Harian Kompas Tanggal 15 September 2001

Prof. DR. Soekidjo Notoatmodjo  2009  pengembangan sumber daya manusia,
Jakarta, PT. RINEKA CIPTA

Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . PT Rajagrafindo.
Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi

Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Arikunto, Suharsimi. 1991.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : BumiAksara.

Dimyati, dkk, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.Gagne.
<!-- Start of KOMISI GRATIS Script --> <script type="text/javascript" src="http://komisigratis.com/ads.php?pub=57756"></script> <!-- End of KOMISI GRATIS Script -->

Diunggulkan

OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang direkayasa dan diciptakan sedemikian rupa oleh sistem ketidak...