Ditulis oleh : Halimtrinanta
KARYA ILMIAH
KARYA ILMIAH
Pembangunan suatu bangsa memerlukan dau aset utama
“daya” yang disebut sumberdaya (resources),
yakni sumberdaya alam (natural resources),
dan sumber daya manusia (human resources),
kedua sumber daya tesebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan dalam
mewujudkan pendidikan. Bicara masalah sumber daya manusia, sebenarnya dapat
dilihat dari dua aspek, yakni kualitas dan kuantitas. Kuantitas menyangkut jumlah
sumber daya manusia. Sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia
tersebut.
Sejak Indonesia merdeka, pendidikan
belum pernah berada pada posisi utama strategi pembangunan dalam kebijakan
politik negara, pendidikan hanya dijadikan alat politik untuk melanggengkan
kekuasaan. Perlu disadari bahwa mendidik ibarat seorang sedang membuat garis
lurus pada sebuah kertas, sedikit saja miring dalam menggaris maka akan semakin
jelas terlihat kemiringan garis tersebut. Kesalahan dalam mendidik akan
dirasakan akibatnya setidaknya 9 tahun ke depan. Kesalahan pendidikan di masa
lalu atau masa sekarang akan semakin jelas nampak seiring dengan berjalannya
waktu. oleh sebagian besar masyarakat merupakan akibat dari kesalahan sistem
pendidikan secara keseluruhan, baik yang formal, non formal maupun yang in
formal.
Institusi-institusi pendidikan cenderung
mengajarkan kepada anak didiknya pengetahuan, keterampilan, dan sedikit sikap,
kurang memberikan pendidikan mengenai etika moral yang biasanya hanya ditugaskan
kepada pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti. Sebenarnya semua bidang
ilmu memiliki nilai etik dan seharusnya nilai etik ini diberikan secara
proporsional pada saat mengajarkan substansi materi keilmuan.
Pemuda adalah
nafas zaman, tumpuan masa depan bangsa yang kaya akan kritik, imajinasi, serta
peran dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah perubahan masyarakat agent
of change. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peran penting dalam hampir
setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita. dalam perspektif
bangsa kita, sesungguhnya adalah sejarah anak-anak muda.
Pilihan antara regenerasi dan rejuvenasi itu, jelas
mengandung konsekuensi yang berbeda, di mana generasi muda diharapkan dapat
memilih dengan cara yang tepat. Bahwa pilihan untuk melakukan, baik regenerasi
maupun rejuvenasi, sangat terkait dengan keinginan agar pendidikan mampu melakukan suatu perubahan yang
signifikan. Sebab jika keduanya tanpa menawarkan konsep dan perubahan, berarti
hanya merupakan suksesi biologis atau sekadar power shift.
Hiruk- pikuk tuntutan tentang pentingnya kaum muda
diberi peran lebih besar seharusnya
tidak hanya menuntut dilakukannya regenerasi, tetapi juga mengangkat konsep
perubahannya juga. Munculnya Mahatma Gandhi sebagai tokoh muda anti kolonialis
yang fenomenal di India, karena menawarkan suatu gerakan perubahan alternatif (swadeshi).
Hal yang sama terjadi saat Mao Ze Dong muncul sebagai tokoh muda dengan konsep long
march-nya. Sedangkan perubahan revolusioner digambarkan oleh sepak terjang
Che Guevara dan Fidel Castro muda
pada masa lalu.
Salah satu tujuan nasional negara seperti yang
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembangunan di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia diperuntukkan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang usia. Bagi
penduduk usia muda, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup di masa depan.
Penting bagi kesadaran manusia, agar
dia tidak menjadi makhluk amorf tanpa
bentuk, dan lupa daratan tanpa kesadaran, sebab tidak tahu lagi awal dan akhir
keberadaannya (purwadaksi-nya). Refleksi diri dan pengenalan jati diri
mendorong orang untuk menyadari hak, kewajiban dan status kedudukannya di
tengah kaum serta bangsanya. Eksistensi diri itu harus diperjuangkan dalam
hidupnya secara terus menerus sampai akhir hayatnya, lewat proses belajar dan
mendidik diri sendiri (manusia dewasa).
Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan
potensi individu menuju kebahagiaan masyarakat ataupun sebagai
pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, tetapi pendidikan
juga berpotensi untuk mendidik kedua aspek dalam diri manusia, yaitu jasmani dan
ruhani. Dengan pendidikan jugalah manusia dibedakan dengan hewan. Hewan juga
belajar, tetapi didasarkan pada insting, sedangkan bagi manusia, belajar
merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang
lebih berarti.
Rendahnya
mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga
pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai
oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka
kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang
sangat mendasar.
Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah
kerja sama antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat.
Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat
jika suatu lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian
lainnya, maka kualitas dan mutu dari peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya
dalam bidang akademik.
Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan
kepada tantangan dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja berjalan dengan
bebas. Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi keadaan pendidikan di
Indonesia. Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan, menuntut
Indonesia melakukan reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi
tidaklah mudah, hal ini sangat menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk
menjalankannya.
Dari
latar belakang penulis maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana
peran pemuda dalam mewujudkan pendidikan di Indonesia?
2. Dan
bagaimana untuk meningkatkan sumberdaya yang berkualitas?
1.Tujuan
·
Untuk mengetahui peran pemuda dalam
mewujudkan pendidikan di Indonesia.
·
Untuk mengetahui cara meningkatkan mutu kualitas
dalm pendidikan.
2.
Tujuan Penulis
Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
memberikan pemahaman terhadap pemuda agar dapat berfikir secara logis dan
ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat
menungkannya secara sistimatis dan trstruktur.
Dalam karya ini pemuda tetap berperan aktif sebagai agent
of change dalam pembawa perubahan yang lebih baik lagi yang memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
A.
Pendekatan
Teoritis
Pendidikan bukan hanya untuk di ketahui belaka
melainkan dengan memahaminya lalu berusaha untuk menjalankan perosesnya
berdasarkan apa yang memang tertuang dalam pengertian pendidikan tersebut. Kita
terlalu sering melihat berbagai kejadian nyata yang mencoreng nama baik dari
pendidikan tersebut mungkin salah satu penyebabnya adalah dikarenakan mereka
tidak menguasai nilai – nilai apa yang di artikan dalam kata pendidikan itu
sendiri. Kata Pendidikan berdasarkan KBBI berasal dari kata ‘didik’ dan
kemudian mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti
proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Kata
Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ Pedagogi “
kata dasarnya “ Paid “ yang berartikan “ Anak “ dan Juga “ kata Ogogos “ artinya
“ membimbing ”. dari beberapa kata tersebut maka kita simpulkan kata pedagos
dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik Anak .
Pendidikan adalah sebuah usaha yang
di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, membangun kepribadian,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pendidikan adalah suatu upaya untuk
mengembangkan potensi manusia, sehingga mempunyai kemampuan yang dikembangkan
dari sumber daya manusia yang mencangkup berbgai aspek. Prof.DR. Soekidjo
Notoatmodjo mengatakan dalam bukunya,
utamanya aspek non-fisik, yakni kemampuan berfikir, penalaran, intelektual,
keterampilan, dan sebgainya. Untuk mengembngkan kemampuan seperti ini, dengan
sendirinya diperlukan kemampuan menyerap informasi melalui berbagai cara,
utamanya membaca dan menulis.
Pemuda Dalam Mewujudkan Pendidikan
Pemuda adalah setiap warganegara Indonesia yang
berusia 16−30 tahun seperti yang termuat dalam Usia yang demikian potensial
untuk membentuk serta mengembangkan diri bagi kehidupan dimasa yang akan
datang. Peran pemuda sangatlah penting dan strategis dalam mempertahankan
kemerdekaan dan juga dalam mengisi kemerdekaan bangsa. Sejarah telah mencatat
perjuangan pemuda Indonesia dari mulai sebelum merdeka, sampai sekarang saat
Indonesia sudah merdeka.
Peran pemuda
dalam sejarah bangsa Indonesia telah menghasilkan pergerakan-pergerakan
nasional yang berbuah pada kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tahun 1908
pergerakan Budi Oetomo berhasil memupuk bibit nasionalisme, tahun 1928 dengan
Sumpah Pemuda berhasil menggalang semangat persatuan nasional, dan pergerakan
pemuda tahun 1945 berhasil mewujudkan citacita kemerdekaan. Begitu juga pada
masa lahirnya reformasi pada tahun 1998, tidak luput dari peran pemuda dengan
kesatuan aksi mahasiswa-nya.
Pada tahun 2012 sebanyak 1,17 persen. Pemuda yang
masih bersekolah sebesar 18,79 persen. Hal ini terlihat dari persentase pemuda yang
masih bersekolah selama periode tahun 2010−2012 dimana persentasenya cenderung
mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 persentase pemuda yang masih bersekolah
sebesar 17,45 persen, naik menjadi 17,48 persen di tahun 2011 dan sebesar 18,79
persen di tahun 2012.
Dilihat di atas, setiap tahun pendidikan mengalami
kenaikan sampai 18,79% di tahun 2012. Pendidikan diharapkan mampu menjadi jalan alternative
dan di samping itu pendidikan adalah
sebagai media bagi manusia dalam menemukan siapa sesungguhnya diri atau
pribadinya. harus ada yang dijadikan patokan untuk mewujudkan Indonesia menjadi
negara yang rakyatnya cerdas dan makmur. Adapun untuk mewujudkannya, bisa
dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, termasuk bagaimana proses atau
penanganannya. Proses ini akan memakan waktu yang tidak sebentar. Hal ini
dikarenakan pergerakan manusia Indonesia yang sangat beragam, ditambah dengan
perkembangan dunia saat ini.
Bagi setiap orang, pendidikan sengatlah penting untuk
saat ini. Tujuan pendidikan sendiri tidak terlepas
dari hakekat manusia yang sesungguhnya yaitu sebagai makhluk sosial yang selalu
hidup bersama dalam kelompok. Dalam kebersamaannya manusia memilki tata aturan,
nilai, budaya, teknologi, simbol-simbol kebersamaan dan sebagainya yang mesti
dipertahankan maupun dikembangkan. Tugas mempertahankan dan mengembangkan tata
aturan, nilai, budaya,
teknologi, simbol-simbol kebersamaan dan sebagainya itu
diserahkan kepada institusi pendidikan, baik yang formal, non formal maupun
yang informal.
Tujuan pendidikan nasional kita
dijabarkan dari tujuan negara, yang pada hakekatnya menjadi kondensasi dari
tujuan hidup segenap rakyat Indonesia. Artinya, harapan dan keinginan rakyat
yang menghendaki jenis-jenis pendidikan tertentu dan sangat diperlukan sebagai
instrument pemecah kesulitan hidup itu benarbenar menjadi basis konstitusi bagi
ditegakkannya sistem pendidikan.
Adapun fungsi pendidikan nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuannya
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Meningkatkan Sumber Daya Yang
Berkualitas
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial dan
individu. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain. Manusia cenderung menjalin hubungan dengan sesamanya, baik
antar pribadi maupun kelompok. Hubungan ini dikenal dengan interaksi sosial
yang bila terjadi berulang-ulang akan membentuk sebuah kelompok sosial. Seiring
dengan perkembangan peradaban manusia, aspek kegiatan sosial budaya juga
mengalami perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat. Dewasa ini semakin banyak
kegiatan yang menuntut interaksi dan kerjasama antar sesama manusia. Hal ini
didukung dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan
komunikasi.
Demikian juga dengan pemuda, sebagai pemegang
tongkat estafet pembangunan harus senantiasa mengikuti perkembangan terkini
dari setiap peristiwa yang terjadi di masyarakat. Dalam perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin maju, tentunya pemuda harus dapat
mengakses berbagai informasi dari seluruh dunia untuk memperdalam wawasan dan
pengetahuannya.
Berbagai sarana dalam mengakses informasi semakin
beragam dan mudah didapat, baik dari sisi jenis maupun jumlahnya. Media cetak sepertisurat kabar, majalah, buku maupun media
elektronik seperti radio, televisi dan internet
sekarang menyajikan berbagai program dan informasi yang berguna. Namun, pemuda diharapkan tetap menggunakan identitasnya
dalam melakukan perannya dalam kelompok
sosial.
Kegiatan Membaca
Membaca adalah aktifitas memahami, menafsirkan,
mengingat, lalu yang terakhir adalah menuliskan kembali berdasarkan analisis
pikiran kita sendiri. Selain itu, membaca dapat diartikan juga semacam kreasi
berpikir. Bukan sekedar melafalkan huruf, kata, kalimat, paragraf hingga bab
demi bab.
Tapi, juga ruang dimana pikiran tertantang untuk
kritis. Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, kejadian-kejadian yang
terjadi seluruh penjuru dunia dapat dengan mudah kita ketahui, itu karena
perkembangan teknologi yang semakin tinggi. Bukan hanya itu saja, minat membaca
juga mempunyai peran dalam hal ini.
Kita sering mendengar istilah “Membaca dapat membuka
jendela dunia”, ini berarti dengan membaca dapat menambah wawasan kita. Banyak
sekali manfaat yang akan kita dapat dengan membaca. Dengan membaca, kita akan terhalang
untuk masuk ke dalam kebodohan. Selain itu, orang akan dapat mengembangkan
keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata. Kita akan mendapatkan banyak
informasi dari kegiatan membaca tersebut.
Seharusnya, membaca sudah menjadi budaya yang
mendarah daging di tubuh kita. Namun, budaya membaca khususnya di kalangan
pemuda masih rendah. Berdasarkan hasil Susenas 2012, pemuda di Indonesia yang
melakukan kegiatan membaca dalam seminggu terakhir tercatat sebesar 44,62. Apabila
diperhatikan menurut daerah tempat tinggal, minat membaca pemuda yang tinggal
di perdesaan masih lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal di daerah
perkotaan (37,15 persen berbanding 51,97 persen). Hal ini disebabkan antara
lain akses, ketersediaan buku, surat kabar, dan majalah yang relatif masih terbatas
serta daya beli yang relatif lebih rendah di daerah perdesaan.
Dalam melakukan aktivitas membaca, seseorang dapat
membaca lebih dari satu jenis bacaan. Jenis bacaan yang paling banyak dibaca
oleh pemuda adalah buku pelajaran (19,08 persen), surat kabar (17,72 persen)
dan bacaan lainnya (17,59 persen). Apabila diperhatikan menurut tipe daerah,
jenis bacaan yang banyak dibaca oleh pemuda di daerah perkotaan yaitu surat
kabar (25,49 persen), buku pelajaran sekolah (21,92 persen) dan buku
pengetahuan (18,08 persen). Sementara itu, jenis bacaan yang banyak dibaca oleh
pemuda di perdesaan adalah bacaan lainnya (18,27 persen), buku pelajaran
sekolah (16,18 persen) dan buku pengetahuan (13,28 persen).
Perbedaan jenis bacaan juga terlihat antara pemuda
laki-laki dan perempuan. Jenis bacaan yang banyak dibaca oleh pemuda laki-laki
adalah surat kabar, buku pelajaran sekolah dan bacaan lainnya dengan persentase
masing masing sebesar 21,40 persen, 18,06 persen dan 16,84 persen. Sedangkan
pemuda perempuan lebih banyak membaca buku pelajaran sekolah (20,10 persen),
bacaan lainnya (18,33 persen) dan buku pengetahuan (16,45 persen).
Dilihat di atas bahwa, budaya baca sangat tinggi di
perkotaan dari pada di perdesaan. Itu disebankan oleh akses yang jauh dan
minimnya transportasi untuk menuju perdesaan tersebut. Pemerintah menggupayakan
bagaiman pemuda yang ada diperdesaan dapat membaca segala buku-buku yang ada di
perkotaan.
Metode
Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran
mengajar atau proses penyampain materi pendidikan atau pelatihan kepada sasaran
pendidik, di samping itu metode dan alat bantu pendidikan turut memegang
peranan penting. Sebab bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya
mengubah tingkah laku, tida terlepas dari metode dan alat bantu pendidikan yang
digunakan. Pada gari besar ada dua proses pembelajaran dan mengajaryaitu
sebagai berikut:
Metode
didaktik (One Way Method)
Metode ini menitik beratkan bahwa
pendidikan yang aktif, sedangkan pihak sasaran pendidikan tidak diberi
kesempatan untuk aktif. Yang masuk metode ini antara lain:
a. Metode
ceramah
Penyajian matri belajar
secara lisan. Tujuan ini adalah member pengetahuan sebanyak mungkin, dalam
rangka merangsang pendengaran.
b. Metode
didaktik lainnya:
1. Siaran
radio
2. Pemutaran
filim/slide
3. Penyebaran
pamflet, booklet, poster, dan sebagainya.
Metode
Sokratik (Two Way Method)
Metode ini menjamin adanya komunikasi
dua antara pendidik dan sasaran pendidik. Yang aktif bukan pihak pendidik saja,
melainkan sasaran pendidik. Yang masuk metode ini antra lain:
a. Diskusi
Pembicaraan mengenai topik, dengan
tujuan untuk merumuskan kepentingan bersama, diskusi sebanyak 6 orang samapi 20
orang. Metode ini digunakan untuk pemecahan masalah,
b. Role
playing
Permainan tentang keadaan atau kejadian
yang dilakukan oleh anggota-anggota yang sedang mengalami proses pembelajaran.
Tujuannya untuk memperagakan atau menarik perhataian tentang hubungan
sikap-sikapyang khas harus di pelajari.
c. Siminar
Suatu studi khusus yang biasanya diikuti
oleh lebih dari 30 orang, dan dipimpin oleh seorang yang ahli dalam bidang yang
dipelajarinya.
d. Simposium
Suatu rangkain ceramah yang diberikan
oleh 2 atau sampai 5 orang, dengan topik yang berlainan tetapi berhubungan erat
satu sama yang lain.
e. Konferensi
Suatu pertemuan ahli-ahli dari instansi-instansi
dengan tujuan mencoba bersepakat mengenai hal-hal yang penting dan khusus.
f. Forum
Suatu diskusi terbimbing dengan manusia
sumber dan mendiskusikan masalah-masalah.
g. Debat
Debat ialah sebuah metode dimana
pembicaraan dari pihak yang pro dan kontra yang menyampaikan pendapat mereka.
h. Tugas
perorangan
Pemberi tugas pemecahan masalah secara
perorangan.
i.
Lokakarya
Suatu pertemuan dari orang-orang yang
berpengalaman dan bertanggung jawab dan ahli-ahli yang dapat membantu mereka,
guna membicarakan masalah atau pembelajaran merekayang di rasakan sukar untuk
dipecahkan sendiri.
Uraian-uraian tesebut hanya mengemukakan berbagai
cara menyampaikan bahan pembelajaran kepada sasaran pendidik. Sasaran pendidik
biar bisa berinteraksi dalam percakapan kelompok dan bisa menganalisis
kasus-kasus secara baik.
Penanggulangan
Masalah Pembelajaran
Penanggulangan
masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok permasalahan pendidikan
di atas.
Gaya Belajar
Untuk
menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan pelaksanaan kegiatan belajar
baru yang lebih menarik. Gaya belajar dapat dilakukan dalam 3 bentuk, dan
dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Yaitu belajar secara Somatis, Auditori
dan Visual.
a.
Somatis
Somatis bersal dari bahasa Yunani, yang berarti tubuh. Jadi
belajar somatis dapat disebut sebagai belajar dengan menggunakan indra peraba,
kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta menggunakan dan menggerakkan
tubuh sewaktu belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar pada saat ini otak merupakan
organ tubuh yang paling dominan. Pembelajaran yang dilakukan seperti merupakan
kegiatan yang sangat keliru.
Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan mampu untuk duduk
tenang. Mereka harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak dan pikiran
mereka tetap hidup. Anak-anak seperti ini disebut sebagai “Hiperaktif“. Pada
sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat. Namun yang dijumpai pada
anak-anak hiperaktif adalah penderitaan, dimana sekolah mereka tidak mampu dan
tidak tahu cara memperlakukan mereka. Aktivitas anak-anak yang hiperaktif
cenderung dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban
proses pembelajaran.
Dalam satu penelitian disebutkan bahwa “jika tubuhmu tidak
bergerak, maka otakmu tidak beranjak“. Jadi menghalangi gaya belajar anak
somatis dengan menggunakan tubuh sama halnya dengan menghalangi fungsi pikiran
sepenuhnya. Mungkin dalam beberapa kasus, sistem pendidikan dapat membuat cacat
belajar anak, dan bukan menggangu jalannya pembelajaran.
b. Auditori
Pikiran auditori lebih kuat
dari yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi
auditori, dan bahkan tanpa kita sadari. Begitu juga ketika kita berbicara, area
penting dalam otak kita akan menjadi aktif.
Semua pembelajaran yang
memiliki kecenderungan auditori, belajar dengan menggunakan suara dari dialog,
membaca dan menceritakan kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya
auditori lambat laun mulai menghilang. Seperti adanya peringatan jangan berisik
di perpustakaan telah menekan proses belajar secara auditori.
c. Visual
Ketajaman visual merupakan hal
yang sangat menonjol bagi sebagian peserta didik. Alasaannya adalah bahwa dalam
otak seseorang lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada
semua indra yang lain.
Setiap orang yang cenderung
menggunakan gaya belajar visual akan lebih mudah belajar jika mereka melihat
apa yang dibicarakan olah guru atau dosen. Peserta didik yang belajar secara
visual akan menjadi lebih baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata,
diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran mengenai suatu konsep
pembahasan.
Peserta didik yang belajar
secara visual ini, akan lebih baik jika mereka menciptakan peta gagasan,
diagram, ikon dan gambar lainnya dengan kreasi mereka sendiri.
Gaya
Mengajar
Pelaksanaan pembelajaran sangat ditunjang oleh keahlian
pendidik dalam mengatur suasana kelasnya. Seringkali dalam proses penyampaian
materi, pendidik langsung mengajar apa adanya. Ada pendidik yang tidak mau
memikirkan cara menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahasnya.
Menyampaikan materi bukan hanya sekedar berbicara di depan
kelas saja, tetapi suatu cara dan kemampuan untuk membawakan materi pelajaran
menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudah dipahami dan
diingat oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi lebih penting.
Dengan komunikasi seseorang bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan.
Komunikasi yang efektif tidak berarti pasti dan harus dapat menjangkau 100%.
Komunikasi yang efektif berarti mengerti dengan tanggung
jawab dalam proses menyampaikan pemikiran, penjelasan, ide, pandangan dan
informasi. sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan
rasa cinta terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat terjadi secara optimal.
Gaya mengajar seperti ini akan lebih bermanfaat dalam proses
peningkatan mutu, kualitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan.
Oleh
karena itu peran utama seorang pendidik perlu diperbaharui. Peran pendidik
seharusnya adalah sebagai fasilitator dan katalisator. Peran guru
sebagai fasilitator adalah menfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung
di kelas. Dalam hal ini, peserta didik harus berperan aktif dan bertanggung
jawab terhadap hasil pembelajaran. Karena sebagai fasilitator, maka posisi
peserta didik dan pendidik adalah sama.
Sedangkan
peran pendidik sebagai katalisator adalah dimana pendidik membantu anak-anak
didik dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Pendidik bergerak
sebagai pembimbing yang membantu, mengarahkan dan mengembangkan aspek
kepribadian, karakter emosi, serta aspek intelektual peserta didik. Pendidik
sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta
terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan
dapat terjadi secara optimal.
Pengajar yang baik
Secanggih
apapun kurikulum, metode dan alat bantu pendidikan atau pembelajaran, namun
yang paling penting adalah, orang dibalik itu semu, yakni pendidik, pengajar,
atau pelatihan. Untuk menjadi pengajar yang baik diperlukan antara lain:
1. Persiapan
Disamping
persiapan materi yang akan disampaikan, harus mempersiapkan mental. Bahan
pengajaran perlu di perhatikan
2. Sikap
mengajar
Pengajar
yang baik, sebaiknya tidak hanya duduk saja, lebih-lebih duduk di meja tetapi
lebih banyak berdiri. Sikap berdiri yang baik adalah di antara papan tulis atau
layar prokektor dengan bangku terdepan di peserta. Pandang luas, kuasai kelas.
3. Suara
Hendaknya
cukup keras (tetapi tdak terlalu keras), jelas sehingga dapat ditangkap oleh
seluruh isi kelas.
4. Tulisan
Tulisan
di papan tulis hendaknya cukup besar sehingga terbaca oleh peserta kelas
5. Alat
peraga
Alat
peraga sangat menolong dalam penyampaian bahan pelajara. (pepatah, motivasi).
Faedah Pendidikan
Secara terperinci,
faedah alat perangan antara lain sebagai berikut:
1. Menimbuhkan
minat sasarana pendidikan.
2. Mencapai
sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu
mengatasi hambatan bahasa.
4. Merangsang
sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan.
5. Membantu
sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6. Merangsang
pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
7. Mempermudah
penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.
8. Mempermudah
penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9. Mendorang
untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya member pengertian yang
lebih baik. Orang yang melihat sesuatuyang memang diperlukan akan menimbulkan
pengertiannya. Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan member
pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan/memakai
sesuatu yang baru tersebut
10. Membantu
menegakkan pengertian yang di peroleh.
Di dalam menerima yang baru, manusia mempunyai
kecendrungan untuk melupakan atau lupa. Untuk mengatasi hal-hal ini akan
membantu menegakakn pengetahuan-pengetahuan yantelah di terima oleh seseorang
sehingga apa yang di terima akan lebih lama tinggal atau tersimpan dalam
ingatan. tetapi pendidikan juga berpotensi untuk mendidik kedua aspek dalam
diri manusia, yaitu jasmani dan ruhani. merupakan rangkaian kegiatan menuju
pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih baik.
Partisipasi Pemuda dalam Kegiatan Olahraga
Kegiatan
olahraga perlu ditanamkan dan dikembangkan kepada seluruh lapisan masyarakat di
seluruh pelosok tanah air, dalam usaha memasyarakatkanolahraga dan
mengolahragakan masyarakat. Olahraga dilakukan tidak hanya semata-mata mengisi
waktu senggang atau hanya sekedar memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Ada
empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga sekarang ini yaitu: (a)
mereka melakukan olahraga untuk rekreasi, (b) tujuan pendidikan, (c) mencapai
tingkat kesegaran jasmani tertentu, (d) mencapai sasaran atau prestasi
tertentu.
Olahraga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rohani. Dewasa ini olahraga sudah merupakan suatu kebutuhan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam berolahraga tiap-tiap
individu mempunyai tujuan yang berbeda–beda, ada yang bertujuan untuk prestasi,
kesegaran jasmani, rekreasi, maupun untuk memperolehnilai khususnya pada
anak-anak sekolah.
Persentase
pemuda yang melakukan olahraga relatif masih cukup rendah yaitu sebesar 24,08
persen (Tabel 7.5). Persentase pemuda di perkotaan yang berolahraga relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (28,06 persen berbanding 20,03
persen). Lebih besarnya pemuda yang melakukan olahraga di perkotaan daripada
perdesaan diduga karena ketersediaan fasilitas olahraga yang lebih lengkap di
daerah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan.
Partisipasi pemuda laki-laki dalam kegiatan olahraga
relatif lebih tinggi dibandingkan perempuan. Persentase pemuda laki-laki yang
melakukan olahraga sebesar 31,50 persen sedangkan pemuda perempuan sebesar
16,63 persen. Persentase pemuda laki-laki di perkotaan yang berolahraga sebesar
35,91 persen, sedangkan pemuda perempuan sebesar 20,14 persen. Sementara itu
pemuda lakilaki di perdesaan yang berolahraga sebesar 27,00 persen, sedangkan
pemuda perempuan sebesar 13,06 persen.
Mayoritas
pemuda melakukan kegiatan olahraga untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Dalam
melakukan kegiatan tersebut sangat berkaitan dengan cara nangkap otak dalam
pembelajara yang telah di berikan pendidik yang bertujuan anggar sasaran
pendidik dapat lebih menjaga prestasi, kesegaran jasmani, rekreasi, maupun untuk memperoleh nilai
khususnya pada anak-anak sekolah.
Gagasan
Inovasi Penulis
Pendidikan
hanya dijadikan alat politik untuk melanggengkan kekuasaan di bangsa ini, masih
banyaknya pemuda yang tdak dapat meneruskan pendidikan yang disebabkan oleh
ekonomi yang tdak stabil di keluarga. Banyak program-progaram pemerintahan yang
kurang tepat dalam merealisasikan kepada masyarakat yang benar-benar
membutuhkan. Indonesia belum juga beranjak dari kategori medium
atau sedang. Berdasarkan laporan UNESCO tahun 2012, Indonesia berada di
peringkat ke-64 dari 120 negara. Pada tahun 2011, Indonesia berada di peringkat
ke-69 dari 127 negara.
Maka Penulis menetapkan judul “Kepedulian
Pemuda terhadap dunia pendidikan di Indonesia”. Pada
pemuda-pemudalah yang mampu dalam mewujudkan pendidikan, agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Kesimpulan
Kesalahan dalam mendidik akan
dirasakan akibatnya setidaknya 9 tahun ke depan. Kesalahan pendidikan di masa
lalu atau masa sekarang akan semakin jelas nampak seiring dengan berjalannya
waktu. oleh sebagian besar masyarakat merupakan akibat dari kesalahan sistem
pendidikan secara keseluruhan, baik yang formal, non formal maupun yang in
formal.
Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peran penting dalam hampir setiap
transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita dalam perspektif bangsa
kita.
pendidikan juga berpotensi untuk mendidik kedua
aspek dalam diri manusia, yaitu jasmani dan ruhani. Dengan pendidikan jugalah
manusia dibedakan dengan hewan. . pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia diperuntukkan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang usia. Bagi
penduduk usia muda, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup di masa depan.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga
disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat
dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut.
Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan
tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar. Melihat permasalahan
tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan dengan
berbagai organisasi masyarakat.
Pelaksanaan
kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu
lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian atau industri,
maka kualitas dan mutu dari peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam
bidang akademik.
Dengan
adanya kegiatan yang membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani. Dewasa
ini olahraga sudah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Dalam berolahraga tiap-tiap individu mempunyai tujuan yang
berbeda–beda, ada yang bertujuan untuk prestasi, kesegaran jasmani, rekreasi,
maupun untuk memperolehnilai khususnya pada anak-anak sekolah.
Membaca adalah aktifitas memahami, menafsirkan,
mengingat, lalu yang terakhir adalah menuliskan kembali berdasarkan analisis
pikiran kita sendiri. Selain itu, membaca dapat diartikan juga semacam kreasi
berpikir. Bukan sekedar melafalkan huruf, kata, kalimat, paragraf hingga bab
demi bab. Tapi, juga ruang dimana pikiran tertantang untuk kritis. Di zaman
globalisasi seperti sekarang ini, kejadian-kejadian yang terjadi seluruh penjuru
dunia dapat dengan mudah kita ketahui, itu karena perkembangan teknologi yang
semakin tinggi. Bukan hanya itu saja, minat membaca juga mempunyai peran dalam
hal ini.
Dengan membaca, kita akan terhalang untuk masuk ke
dalam kebodohan. Selain itu, orang akan dapat mengembangkan keluwesan dan
kefasihan dalam bertutur kata. Kita akan mendapatkan banyak informasi dari
kegiatan membaca tersebut.
Mayoritas pemuda melakukan kegiatan olahraga untuk
menjaga kebugaran dan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan tersebut sangat
berkaitan dengan cara nangkap otak dalam pembelajara yang telah di berikan
pendidik yang bertujuan anggar sasaran pendidik dapat lebih menjaga prestasi, kesegaran jasmani, rekreasi, maupun
untuk memperoleh nilai khususnya pada anak-anak sekolah.
Saran
Kita
sangat mengharakan pemuda dapat berperan aktif lagi dalam mencerdaskan anak
bangsa. pendidikan belum juga merata
sampai saat sekarang ini,. Kenapa membaca di kota lebih tinggi? Di kota tidak
hanya kabupaten atau ibu kota provinsi, kota sebagai pusat transportasi dalam
segala hal-hal lintas kepentingan rakyat. Kerna itu angka pemembaca di kota
tinggi, kerna buku-buku mudah di dapat.
Pendidikan
juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat
dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen,
sehingga anak-anak bisa mengerti lebih cepat dalam memahami belajar.
Pemeritah
arus bisa meratakan pendidikan bukan hanya di kota tetapi di perdesaan juga
sagat di perlukan, dalam pencepatan pendidikan setempat. Dlam hal ini saya
mengharapakan masyarakat agar ikut berpatisipasi dalam mencerdaskan anak bangsa
yang akan membawa perubahan di negri ini di tahum 2020 nantik.
Daftar
pustaka
Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma
Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas.
H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan
Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural (Magelang:
Indonesiatera,2003), hal. 220.
Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U., Nalar,hal.
79.
Prof. Dr. Azyumardi Azra, Paradigma
Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi (Jakarta:
PenerbitBuku Kompas, 2002), hal. 227.
Anis Matta, Mencari Pahlawan
Indonesia(Jakarta: The Tarbawi Center, 2004), hal. 35-36.
Anis Matta, Mencari, hal.
5
Maarif, A. Syafii, Abdullah
Fajar, dkk. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta:Tiara
Wacana
.
Matta, Anis. 2004.Mencari
Pahlawan Indonesia. Jakarta: The Tarbawi Center.
Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Nalar
Spiritual Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Rohim, Husni. 2001.Arah Baru
Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: Logos.
Shofan, Moh. 2004. Pendidikan
Berparadigma Profetik. Yogyakarta: IRCiSoD-UMG Press.
Tholkhah, Imam dan Ahmad Barizin,
A. Malik Fadjar. 2004. Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai Akar
Tradisi dan
Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Tilaar, H.A.R. 2003. Kekuasaan
dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural. Magelang: Indonesiatera
Badan Pusat Statistik, Buku IV
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2012, Pedoman
Pencacahan MSBP, Jakarta, 2012
Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Gerakan
Nasional Percepatan Penuntasan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun Dan Pemberantasan Buta
Aksara Presiden Republik Indonesia
Kementerian Pemuda dan Olahraga, Rencana
Strategis Kementerian Pemuda danOlahraga Tahun 2010-2014, Jakarta, 2009
Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
Kartasasmita, G.,
(1996), Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan,
Jakarta, Cides
Hettne, B., (2001),
Teori Pembangunan dan Tiga Dunia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama
Fajar, M., Pendidikan
Harus Bisa Membekali Lulusannya Menghadapi Kehidupan, Harian Kompas
Tanggal 15 September 2001
Prof. DR. Soekidjo
Notoatmodjo 2009 pengembangan sumber daya
manusia,
Jakarta, PT. RINEKA
CIPTA
Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar . PT Rajagrafindo.
Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya.
Arikunto, Suharsimi. 1991.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : BumiAksara.
Dimyati, dkk, 2006, Belajar
dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.Gagne.
<!-- Start of KOMISI GRATIS Script --> <script type="text/javascript" src="http://komisigratis.com/ads.php?pub=57756"></script> <!-- End of KOMISI GRATIS Script -->