Wednesday, June 8, 2016

Bertapa pentingnya Berorganisasi.


Sebenarnya ini lagu lawas, hampir semua mahasiswa pasti tahu dan paham betul manfaat berorganisasi selama kuliah. Alasannya jelas, karena kehidupan kemahasiswaan sudah seharusnya tidak hanya duduk manis di kelas, mendengarkan dosen komat-kamit, mencatat komat-kamit tersebut, lalu pulang ke kosan mempelajari ulang catatan komat-kamit yang sudah dibuat, dan saat UAS kita hanya menuliskan ulang komat-kamit yang telah dipelajari.

Nah kemudian, haruskah mahasiswa ikut organisasi tersebut? Perlukah kita punya kegiatan selain belajar dan kuliah di kelas? TENTU SAJA PERLU! Oke, memangnya apa saja manfaat berorganisasi atau berkegiatan di luar kuliah? Kenapa kita harus berorganisasi? Berikut beberapa poinnya:

  1. Berorganisasi itu, mengasah Soft Skill

Soft Skill, yaitu kemampuan manajemen diri maupun manajemen orang lain. Soft Skill contoh mudahnya adalah bagaimana kamu bekerja dalam tim,bagaimana kamu mengatur bawahan, bekerja sama dengan rekan sepantaran, maupun menerima perintah dari atasan. Bagaimana kamu mengatur waktu, bagaimana kamu berdisiplin, bagaimana kamu mengatur target yang luar biasa tapi realistis.

  1. Berorganisasi itu, memperluas jaringan!

Oke, jadi bayangkan sekarang kamu sudah berorganisasi. Alhamdulillah, temanmu pun tambah banyak, tidak seperti dulu saat temanmu hanyalah anak-anak satu jurusan dan satu fakultas.

Sebagai anak Jurusan Politik, kini kamu punya teman dari Jurusan Teknik Mesin, Akuntansi, Peternakan, dan Sastra Jepang. Hidupmu tiba-tiba lebih berwarna karena kamu punya teman diskusi yang topik pembicaraannya variatif, tidak melulu membahas manuver politik Koalisi Merah Putih pasca Pilpres. Kini jaringanmu bertambah luas! Teman fesbukmu bertambah dan follower twittermu bertambah, kini kamu punya jaringan!

  1. Berorganisasi itu, mewadahi minat, mempertajam bakat

kamu jadi bisa mempelajari ilmu interdisipliner dengan berorganisasi. Jika kamu anak Kedokteran Umum, kamu bisa ikut organisasi Pers Mahasiswa dan paham tentang jurnalisme. Lumayan menghibur setelah seharian ini kamu melototin sel darah.

Sebaliknya, jika kamu mahasiswa Filsafat, kamu bisa ikut Unit Kesehatan dan belajar cara memberi nafas buatan, yang mungkin tidak diajari oleh Aristoteles.

  1. Berorganisasi itu, Putting Theory Into Practice

“Percuma saja berteori, tanpa ada praktek nyata.” Well, sebenarnya persepsi ini mesti direvisi sedikit. Pada dasarnya teori lahir berkat praktek empiris di lapangan, dan praktek tentu hanya akan jadi omong kosong bila dilakukan tanpa ada dasar teori yang jelas. Jadi keduanya penting.

  1. Berorganisasi itu, Peduli dengan Lingkungan Sosial

Kepedulian sosial itu, sekali lagi, bisa diwadahi dengan berorganisasi. Bukan berarti kamu harus ikut organisasi gerakan keras dan demo besar-besaran waktu harga BBM naik, kepedulian sosial selalu bisa diawali dari kegiatan kecil dan bertahap. Ketika kamu gabung di organisasi kerohanian/keagamaan, akan sering sekali kamu akan mengadakan kegiatan bakti sosial (baksos), dimana kamu bisa bagi-bagi nasi bungkus untuk pengemis di tengah jalan. Kamu juga berkesempatan melakukan kunjungan ke Panti Asuhan dan mengajar anak-anak Yatim Piatu.

  1. Berorganisasi itu, menambah nilai CV-mu

 

Sudah jadi rahasia umum juga bahwa mencantumkan pengalaman berorganisasi dalam CV akan menambah nilai jualmu di hadapan sang reviewer personalia. Dengan punya pengalaman berorganisasi, perusahaan yang merekrutmu pasti akan mempertimbangkanmu baik-baik, karena itu artinya kamu dianggap sudah punya pengalaman dalam bekerja dalam kelompok, alias punya Softskill. Kamu bukan sekedar mahasiswa ber-IPK tinggi tapi kerjanya cuma bolak-balik kuliah-pulang-kuliah-pulang (istilah lawas, “mahasiswa kupu-kupu”). IPK itu penting untuk dipertahankan, untuk menunjukkan bahwa kamu serius dalam studimu, tapi jangan sampai kamu mendewakkan IPKmu sehingga tidak mengembangkan diri di luar perkuliahan.

  1. Berorganisasi itu, mungkin bisa mempertemukanmu dengan jodoh

 

Ini adalah poin bonus, silahkan disimak bila dirasa penting.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa seringkali kita bertemu dengan jodoh hidup kita di bangku kuliah. Untuk mencapai misi mulia itu, tentunya kita harus punya jaringan pertemanan yang luas. Kalau kamu hanya berteman dengan anak-anak sejurusan dan sefakultas, tentu kemungkinan untuk mendapat jodoh jadi tidak terlalu luas, karena opsi yang ada sangat terbatas.

Bayangkan kalau kamu berorganisasi, kamu akan punya banyak teman lintas jurusan lintas fakultas.Selain opsimu jadi tambah banyak, PDKTmu pun jadi tambah segar dan dinamis karena kini kamu bergaul dengan orang yang tidak sejurusan.[si/ak]

 

 

 

Banyak faedah dan manfaat yang boleh diambil oleh seseorang pelajar apabila ia melibatkan diri dalam gerakan pelajar antaranya :

• Melaksanakan tugas amar ma’aruf nahi mungkar.
• Memberi sumbangan yang bererti kepada masyarakat.
• Memahami selok-belok dalam berorganisasi.
• Memupuk ukhuwah dan silaturrahim serta semangat kerjasama & toleransi.
• Mempelajari pelbagai cara berinteraksi yang berkesan.
• Melatih dan membina ketokohan diri bagi memimpin.
• Melatih diri bagi menjadi seorang yang berdisiplin dan bertanggungjawab.
• Membentuk pemikiran yang proaktif, optimis serta projektif.
• Menghargai masa.

 

Motivasi Ikut Organisasi

Apa motivasi ikut organisasi bagi anda? Tentunya banyak sekali motif yang terkandung di dalamnya. Berorganisasi adalah sebuah aktifitas yang mengasyikkan, anda bisa berkumpul dengan banyak teman – teman anda disana. Anda bisa menyamakan visi dan misi yang ingin anda capai dalam beberapa tahun kedepan. Selain itu biasanya orang yang ikut dalam organisasi dikarenakan memiliki kesamaan yang sama, biasanya sebuah organisasi memiliki nama tertentu misalnya, Organisasi Catur Indonesia. Kesamaan dalam hal yang disukai biasanya adalah hal yang sangat mendasar bagi seseorang untuk ikut dalam berorganisasi. Dan hal tersebut adalah hal yang sangat wajar dalam diri seseorang untuk mencari orang – orang yang sejalan dengannya. Dalam artikel ini akan dipaparkan motivasi bagi anda yang ingin ikut berorganisasi.

1.   Banyak teman banyak jalan, banyak musuh banyak bencana.

Jika anda ikut dalam berorganisasi untuk mencari teman – teman yang banyak dan bisa menjalin kerja sama dengan anda kedepannya dalam bidang apapun maka niat tersebut adalah sangat baik tentunya. Dengan semakin banyaknya teman yang kita punyai kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dan juga informasi berharga. Siapa tau dengan banyaknya teman yang anda miliki anda suatu saat bisa menjadi seorang pengusaha. Karena pengusaha membutuhkan jaringan komunikasi yang luas. Dan yang paling penting adalah tidak ada manusia di dunia ini yang bisa hidup sendirian. Manusia pada dasarnya sangat suka bila berkelompok.

2.     Organisasi adalah kawah candradimuka bagi anda dalam mendapatkan kematangan interpersonal.

Walaupun biasanya di dalam suatu organisasi banyak orang yang memiliki visi yang sama namun kadangkala ada saja perbedaan yang dihadapi oleh masing – masing pihak. Maka dari itu kita perlu kedewasaan dalam menyikapinya. Kita bisa lebih banyak berkomunikasi dengan orang – orang yang pandangannya mempunyai perbedaan dengan kita. Hal tersebut sangat berguna dalam membentuk kematangan interpersonal anda. Banyak orang yang cerdas di dunia ini namun hidupnya gagal karena tidak memiliki hubungan interpersonal yang baik. Dengan adanya rasa saling memahami dan toleransi yang ada diantara perbedaan yang ada maka hal itu akan membuat anda menjadi pribadi yang semakin baik.

3.     Komunikasi adalah jalan cerah dari masalah.

Jika anda sudah makan asam garam dalam berorganisasi maka anda sudah pasti tau bahwa masalah – masalah yang dihadapi di dalam internal organisasi pasti banyak. Maka dari itu anda memerlukan pemecahan masalah yang jitu jika anda ingin menyelesaikan masalah – masalah dengan tepat. Maka anda perlu komunikasi yang efektif. Seorang motivator terkenal dunia seperti Dale Carnegie pernah mengatakan bahwa komunikasi adalah jalan cerah dari masalah. Manusia pada dasarnya tidak menyukai konflik maka dari itu mereka biasanya menyelesaikan masalah dengan kompromi – kompromi dari kelompok yang terlibat konflik atau masalah. Jika hal tersebut dikedepankan maka anda adalah calon negosiator handal.

4.     Korbankan kepentingan pribadi demi keutuhan organisasi.

Jika anda sudah matang berorganisasi maka anda sudah pasti tau bahwa ada saja orang – orang yang selalu mempunyai motivasi kepentingan pribadi dalam keikutsertaannya dalam sebuah organisasi. Dan biasanya hal tersebut jika tidak bisa tertahan akan menimbulkan konflik kepentingan diantara sesama anggota yang ada di organisasi. Maka dari itu sebelum anda memutuskan untuk ikut dalam sebuah organisasi pastikan bahwa anda harus mengedepankan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi anda. Hal tersebut menunjukkan bahwa anda adalah seorang organisator yang profesional. Jika anda mempunyai ambisi untuk menjadi pemimpin sebaiknya saya sarankan anda untuk berjuang demi kepentingan organisasi, lebih baik menjadi pemimpin yang dicalonkan daripada pemimpin yang mencalonkan.

 

 

 

 

blog bisa menghasilkan uang

 

<!--[if gte mso 10]> <![endif]--

PERAN MAHASISWA DALAM PENTAS SEJARAH BANGSA

 

Siapa Mahasiswa ?

Kata Mahasiswa dibentuk dari dua kata dasar yaitu “maha” dan “siswa”. Maha berarti besar atau agung, sedangkan siswa berarti orang yang sedang belajar. Kombinasi dua kata ini menunjuk pada suatu kelebihan tertentu bagi penyandangnya. Di dalam PP No. 30 Tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu, yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan / atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Dengan demikian, mahasiswa adalah anggota dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan “elit” intelektual dengan tanggung-jawab terhadap ilmu dan masyarakat yang melekat pada dirinya, sesuai dengan “tridarma” lembaga tempat ia bernaung.

Mahasiswa adalah anggota masyarakat yang berada pada tataran elit karena kelebihan yang dimilikinya, yang dengan demikian mempunyai kekhasan fungsi, peran dan tanggung-jawab.

Dari identitas dirinya tersebut, mahasiswa sekaligus mempunyai tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial, dan tanggungjawab moral

Bagaimana bentuk peran mahasiswa?

• Peran dalam Memperdalam dan mengembangkan diri di dalam pembidangan keilmuan yang ditekuninya sehingga dapat memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab intelektualnya.
• Merupakan jembatan antara dunia teoritis dan dunia empiris dalam arti pemetaan dan pemecahan masalah-masalah kehidupan sesuai dengan bidangnya.
• Merupakan dinamisator perubahan masyarakat menuju perkembangan yang lebih baik. (agen perubahan).
• Sekaligus merupakan kontrol terhadap perubahan sosial yang sedang dan akan berlangsung.

Potret peran Mahasiswa dalam pentas sejarah Indonesia

Peran dan posisi mahasiswa dalam perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara, merupakan diskursus yang menarik sepanjang dinamika kehidupan mahasiswa. Hampir menjadi kenyataan yang lazim bahwa gerakan mahasiswa terutama di dunia ketiga memainkan peran yang sangat aktif pada posisi sentral di dalam perubahan sosial-politik, dan hampir tak satupun penguasa di negara-negara berkembang yang mengabaikan posisi sosial dan pentingnya representasi politik serta dampak aspirasi dari golongan muda berpendidikan tinggi ini. Sehingga para pemerhati sosial tidak mengabaikan fungsi mereka dalam sistem sosial politik baik di negeri maju maupun berkembang, termasuk di Indonesia.

Dalam arti yang luas, ideologi berisi tatanan nilai yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pedoman untuk menjalankan kehidupan bersama dalam rangka meraih harapan-harapan mereka. Tatanan nilai tersebut berasal dari tradisi atau adat-istiadat dan dapat pula bersumber dari ajaran agama.

Untuk memahami perkembangan kehidupan ideologi mahasiswa, yang harus diperhatikan adalah arus perubahan dan pergeseran fokus peranan mahasiswa dari tahapan proses yang satu kepada proses lainnya. Perubahan intensitas aktifitas ideologi mahasiswa dipergunakan sebagai petunjuk untuk memahami pergeseran fokus peranan tersebut. Banyak predikat yang disandang mahasiswa kaitannya dengan ideologi yang diperjuangkan, horison mahasiswa yang menempatkan pada posisi strategis inilah yang mungkin menjadikan fungsinya sebagai agent of social change dan man of analysis, menjadi jargon yang dimitoskan.

Dalam kurun waktu sejarah gerakan mahasiswa yang strategi dan menonjol dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, terjadi pada kurun waktu 1910-an sampai dengan 1930, kedua pada era 1960-an.

Peran ideologi mahasiswa tahun 1910-an sampai dengan 1930-an terfokus pada peran penggagas, yaitu menysun, menafsirkan serta memulasikan pemikiran tentang segenap aspek kehidupan bermasyarakat yang berasal dari masyarakat asing dan masyarakat sendiri menjadi ideologi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya sendiri. Mahasiswa dari generasi Soetomo 1910-an dan generasi Soekarno-Hatta 1920-an, adalah pemikir-pemikir yang meletakkan dasar ideologi nasiolnalisme bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Nasionalisme merupakan fokus dari keseluruhan ideologi yang digagaskan oleh mahasiswa 1910-1930-an.

Pada tahun 1940-an gerakan mahasiswa mengalami pergeseran peran, peran penggagas tidak lagi menonjol. Gerakannya lebih terfokus pada sebagai pendukung dan penerap dari ideologi yang sudah ada. Dekade 1950-an dunia mahasiswa kembali disegani, sekalipun kemandirian dan peran sebagai penggagas semakin menipis. Hal ini di latarbelakangi oleh dominannya peran politik profesional didalam kehidupan politik. Politisi sipil yang dominan saat itu berasal dari tokoh politik yang mengalami sosialisasi politik tahin 1910, 1930-an di kampus dalam dan luar negeri (Eropa). Pada era ini kampus sebagai lembaga lembaga pendidikan tinggi terbelenggu pengaruh politisi dari partai politik sebagai kekuatan dominan. Akibatnya, kampus dan mahasiswa mengikuti pola persaingan antar partai dan terpecah berdasarkan politik aliran.

Perjalanan Indonesia era 1910-an sampai 1950-an, menempatkan kekuatan sipil yang berasal dari kaum intelektual (mahasiswa) sebagai sumber kepemimpinan bangsa yang dominan. Akan tetapi sejak yahun 1960-an kekuatan militer muncul sebagai suatu sumber kepemimpinan bangsa yang dominan. Fungsi parpol bersama ormas pengikutnya sebagai sumber kepemimpinan merosot bersama penurunan peran politiknya. Namun yang perlu dicatat dalam sejarah gerakan mahasiswa, pada era 1960-an peran ideologi mahasiswa meningkat tajam. Gerakan idiologi masa ini, melahirkan angkatan 1966. Dekade 1960-an dengan angkatan 1966-nya telah membentuk identitas sosial mahasiswa sebagai sebuah kekuatan sosial politik. Persepsi dan konsepsi tentang peran sosial ini, terbentuk dan menguat sejalan dengan tegaknya hegemoni pemerintahan orde baru.

Di satu sisi lahirlah Orde Baru seiring dengan kehendak gerakan mahasiswa, sehingga gerakannya mendapat dukungan kekuatan-kekuatan establishment (ABRI). Disisi lain arus perubahan menuju terbentuknya keuatan orde baru sebenarnya berangkat dari keinginan militer dan teknorat untuk lebih memerankan diri dalam konstalasi kehidupan bangsa dan negara setelah melihat kebobrokan dan kegagalan kekuatan sipil pada pemerintahan demokrasi terpimpin. Keinginan militer ini diwujudkan dalam Doktrin Dwi Fungsi ABRI diaman ABRI disamping sebagai kekuatan HANKAM juga memiliki peran sosial politik.

Lakon yang dimainkan mahasiswa angkatan 66 berada dalam panggung sejarah yang romantis, di dalamnya terjadi aliansi segitiga yang harmonis antara militer, teknokrat, dan mahasiswa. Ketiganya merupakan bagian lapisan elit intelegensia yang bakal mengobarkan gagasan modernisasi. Dengan kata lain disamping militer teknokrat, mahasiswa juga dipercaya sebagai agen modernisasi atau pembangunan.

Dekade 1970-an aliansi ini pecah akibat berubahnya orientasi dan strategi pemerintahan orde baru. Cita-cita awal gerakan orde baru sudah tidak sesuai dengan idealisme dan ideologi mahasiswa. Akibatnya, hampir sepanjang era 1970-an terjadi protes, kritik, petisi, selebaran dan lobi yang diarahkan kepada pemerintahan orde baru. Gerakan ini bermuara pada persoalan demokrasi, peran militer, dan pembangunan ekonomi. Akibatnya gerakan mahasiswa semakin berhadapan dengan kekuatan represif, yang mengutamakan stabilitas nasional dalam upaya menjaga kelangsungan pembangunan nasional. Pada gilirannya gerakan mahasiswa mengalami kemerosotan yang sangat tajam, yang belum pernah terjadi dalam gerakan mahasiswa di Indonesia. depolitisasi dan deparpolisasi, melalui penerapan NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kampus) menjadi senjata pamungkas hegemoni Orba terhadap kehidupan mahasiswa. Lalu kepada mahasiswa yang melanggar NKK/BKK diberikan sanksi akademik yang berat, mulai dari skorsing sementara atau terbatasnya sampai kepada pemecatan bahkan dipenjarakan.

Dekade 1980-an adalah masa-masa mandul peran mahasiswa dalam kancah sosial-politik karena perannya dipersempit dalam peran profesional saja. Dalam masa-masa ini terjadi proses-proses penggugatan dan penyadaran terhadap peran sosial-politik mahasiswa. Upaya ini tampak berbuah ketika pada era 1990-an angin perubahan di dalam diri mahasiswa mulai berhembus, yang berujung pada munculnya generasi reformasi pada tahun 1990-an akhir ini.
----------------------------------------------------------------------------------------
Mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik di mana mahasiswa selalu menjadi motor penggerak perubahan. Namun hanya sedikit rakyat Indonesia yang dapat merasakan dan mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan hingga ke jenjang ini karena system perekomian di Indonesia yang kapitalis serta biaya pendidikan yang begitu mahal sehingga kemiskinan menjadi bagian hidup rakyat ini . Adapun peran mahasiswa dalam kehidupan sosial mastarakat yaitu :

Peran moral

Mahasiswa yang dalam kehidupanya, tidak dapat memberikan contoh dan keteladanan yang baik dan telah meninggalkan amanah dan tanggung jawabnya sebagai kaum terpelajar. Jika hari ini kegiatan mahasiswa berorientasi pada hedonisme (hura – hura dan kesenangan), lebih suka mengisi waktu luang mereka dengan agenda rutin pacaran tanpa tahu tentang peruban di negeri ini, dan jika hari ini mahasiswa lebih suka dengan kegiatan festival musik dan kompetisi (entertainment) dengan alasan kreatifitas, dibanding memperhatikan dan memperbaiki kondisi masyarakat dan mengalihkan kreatifitasnya pada hal – hal yang lebih ilmiah dan menyentuh kerakyat, maka mahasiswa semacam ini adalah potret “generasi yang hilang “yaitu generasi yang terlena dan lupa akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemuda dan mahasiswa.

Peran sosial


Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat poenderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya. Betapa peran sosial mahasiswa jauh dari pragmatisme ,dan rakyat dapat merasakan bahwa mahasiswa adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari rakyat, walaupun upaya yang sistimatis untuk memisahkan mahasiswa dari rakyat telah dan dengan gencar dilakukan oleh pihak – pihak yang tidak ingin rakyat ini cerdas dan sadar akan problematika ummat yang terjadi.

Peran Akademik

Sesibuk apapun mahasiswa, turun kejalan, turun ke rakyat dengan aksi sosialnya, sebanyak apapun agenda aktivitasnya jangan sampai membuat mahasiswa itu lupa bahwa mahasiswa adalah insan akademik. Mahasiswa dengan segala aktivitasnya harus tetap menjaga kuliahnya. Setiap orang tua pasti ingin anaknya selesai kuliah dan menjadi orang yang berhasil. Maka sebagai seorang anak berusahalah semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan keinginan itu, untuk mengukir masa depan yang cerah .
Peran yang satu ini teramat sangat penting bagi kita, dan inilah yang membedakan kita dengan komonitas yang lain ,peran ini menjadi symbol dan miniatur kesuksesan kita dalam menjaga keseimbangan dan memajukan diri kita. Jika memang kegalan akademik telah terjadi maka segeralah bangkit,”nasi sudah jadi bubur maka bagaimana sekarang kita membuat bubur itu menjadi “ bubur ayam spesial “. Artinya jika sudah terlanjur gagal maka tetaplah bangkit seta mancari solusi alternatif untuk mengembangkan kemampuan diri meraih masa depan yang cerah di dunia dan akhirat.

Peran politik

Peran politik adalah peran yang paling berbahaya karena disini mahasiswa berfungsi sebagai presseur group ( group penekan ) bagi pemerintah yang zalim. Oleh karena itu pemerintah yang zalim merancang sedemikian rupa agar mahasiswa tidak mengambil peran yang satu ini. Pada masa ordebaru di mana daya kritis rakyat itu di pasung, siapa yang berbeda pemikiran dengan pemerintah langsung di cap sebagai kejahatan terhadap negara. Pemerintahan Orba tidak segan-segan membumi hanguskan setiap orang-orang yang kritis dan berseberangan dengan kebijakan pemerintah yang melarang keras mahasiswa beraktifitas politik. Dan kebijakan ini terbukti ampuh memasung gerakan – gerakan mahasiswa yang membuat mahasiswa sibuk dengan kegiatan rutinitas kampus sehinngga membuat mahasiswa terpenjara oleh system yang ada.
Mahasiswa adalah kaum terpelajar dinamis yang penuh dengan kreativitas. Mahasiswa adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rakyat. Sekarang mari kita pertanyakan pada diri kita yang memegang label Mahasiswa, sudah seberapa jauh kita mengambil peran dalam diri kita dan lingkungan.

Hakikat Tri Dharma Perguruan Tinggi 


 Pada hakikatnya Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah salah satu dasar tanggung jawab mahasiswa yang harus dikembangkan secara simultan dan bersama-sama, serta harus disadari betul oleh semua mahasiswa agar dapat tercipta mahasiswa yang sadar akan Tri Dharma Perguruan Tinggi itu sendiri. Karena salah satu visi dan misi sebuah perguruan tinggi Indonesia, baik kedinasan maupun bukan adalah mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tak terkecuali juga pada Perguruan Tinggi Universitas Jember, yang mana seluruh kegiatan Universitas Jember dituangkan dalam bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian Kepada Masyarakat.
Adapun isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah:
  1. Pendidikan dan Pengajaran
Pengertian pendidikan dan pengajaran disini adalah dalam rangka meneruskan pengetahuan atau dengan kata lain dalam rangka transfer of knowledge ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan melaui penelitian oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Dalam pendidikan tinggi di negara kita dikenal dengan istialah strata, mulai dari strata satu (S-1) yaitu merupakan pendidikan program sarjana, strata dua (S-2) yang merupakan program magister dan strata tiga (S-3) yaitu pendidikan doktor dalam sutau disiplin ilmu, serta pendidikan jalur vokasional/non gelar (diploma).
  1. Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan penelitain dan pengembangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penelitian maka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi terhambat. Penelitian ini tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi harus dilihat keterkaitannya dalam pembangunan dalam arti luas, yakni penelitain tidak semata-mata hanya untuk hal yang diperlukan atau langsung dapat digunakan oleh masyarakat pada saat itu saja, akan tetapi harus dilihat dengan proyeksi kemasa depan. Dengan kata lain penelitian di Pergurun Tinggi tidak hanya diarahkan untuk penelitian terapan saja, tetapi juga sekaligus melaksanakan penelitian ilmu-ilmu dasar yang manfaatnya baru terasa penting dimasa yang akan datang.
  1. Pengabdian Kepada Masyarakat
Dharma pengabdian pada masyarakat harus diartiakan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan di Perguruan Tinggi, khususnya sebagi hasil dari berbagai penelitian. Pengabdian pada masyarakat merupakan serangkaian aktivitas dalam rangka kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat yang bersiafat konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya dalam waktu yang relatif pendek. Aktivitas ini dapat dilakukan atas inisiatif individu atau kelompok anggota civitas akademika perguruan tinggi terhadap masyarakat maupun terhadap inisiatif perguruan tinggi yang bersangkutan yang bersifat nonprofit (tidak mencari keuntungan). Dengan aktivitas ini diharapkan adanya umpan balik dari masyarakat ke perguruan tinggi, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut.
Jadi, ketiga dharma di atas sangat erat hubungannya, sebab sebuah penelitian dan pengembangan harus menjunjung tinggi kedua dharma yang lain (Pendidikan dan Pengajaran serta Pengabdian Kepada Masyarakat). Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagi hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan melalui Pengabdian Kepada Masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Itulah ulasan mengenai Hakikat Tri DharmaPerguruan Tinggi, semoga artikel ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah informasi Anda tentang Hakikat Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia.
Peran mahasiswa juga harus diperhatikan , adapun peranan mahasiswa dalam melaksanakan tri dharma ini. Peran mahasiswa yang pertama adalah sebagai Agent of Change yaitu agen perubahan. Mahasiswa dituntut dapat membawa perubahan yang bermanfaat bagi masyarakatnya. Dengan adanya perubahan ini maka masyarakat tidak akan terjebak dalam kehidupan yang statis dan tidak berkembang. Bahkan mahasiswa telah membuat perubahan besar dalam sejarah bangsa Indonesia dengan jatuhnya sebuah rezim pemerintahan. Dengan contoh ini, maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan yang manfaatnya akan kembali kepada masyarakat.
Peran yang kedua adalah sebagai Iron Stock. Maksud dari Iron Stock adalah, bahwa mahasiswa merupakan stok atau persediaan untuk sebuah kelanjutan kehidupan masyarakat, di mana persediaan ini harus diletakkan dan dimanfaatkan sesuai bidangnya masing-masing. Dengan pemanfaatan diri sesuai bidang masing-masing, maka diharapkan akan adanya keteraturan dalam kehidupan masyarakat.
Peran yang terakhir adalah sebagai Moral Force. Mahasiswa dengan moral dan akhlaknya yang baik dan beradab sesuai norma-norma yang berlaku diharapkan dapat menjadi panutan dan teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan berperannya mahasiswa dalam hal ini, perbaikan moral bangsa menjadi lebih baik pun akan dapat dicapai.
Pada akhirnya mahasiswa, dalam berbagai aspek harus dapat memberikan kebaikan dalam berbagai bentuk kepada masyarakatnya. Sebagai warga perguruan tinggi dan dengan tanggung jawab yang tinggi, maka peran mahasiswa dalam mencapai tridharma perguruan tinggi akan membawa kemajuan bagi bangsa.

Diunggulkan

OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang direkayasa dan diciptakan sedemikian rupa oleh sistem ketidak...