Sebenarnya ini lagu lawas, hampir semua mahasiswa pasti tahu dan paham betul manfaat berorganisasi selama kuliah. Alasannya jelas, karena kehidupan kemahasiswaan sudah seharusnya tidak hanya duduk manis di kelas, mendengarkan dosen komat-kamit, mencatat komat-kamit tersebut, lalu pulang ke kosan mempelajari ulang catatan komat-kamit yang sudah dibuat, dan saat UAS kita hanya menuliskan ulang komat-kamit yang telah dipelajari.
Nah kemudian, haruskah mahasiswa ikut organisasi tersebut? Perlukah kita punya kegiatan selain belajar dan kuliah di kelas? TENTU SAJA PERLU! Oke, memangnya apa saja manfaat berorganisasi atau berkegiatan di luar kuliah? Kenapa kita harus berorganisasi? Berikut beberapa poinnya:
Berorganisasi itu, mengasah Soft Skill
Soft Skill, yaitu kemampuan manajemen diri maupun manajemen orang lain. Soft Skill contoh mudahnya adalah bagaimana kamu bekerja dalam tim,bagaimana kamu mengatur bawahan, bekerja sama dengan rekan sepantaran, maupun menerima perintah dari atasan. Bagaimana kamu mengatur waktu, bagaimana kamu berdisiplin, bagaimana kamu mengatur target yang luar biasa tapi realistis.
Berorganisasi itu, memperluas jaringan!
Oke, jadi bayangkan sekarang kamu sudah berorganisasi. Alhamdulillah, temanmu pun tambah banyak, tidak seperti dulu saat temanmu hanyalah anak-anak satu jurusan dan satu fakultas.
Sebagai anak Jurusan Politik, kini kamu punya teman dari Jurusan Teknik Mesin, Akuntansi, Peternakan, dan Sastra Jepang. Hidupmu tiba-tiba lebih berwarna karena kamu punya teman diskusi yang topik pembicaraannya variatif, tidak melulu membahas manuver politik Koalisi Merah Putih pasca Pilpres. Kini jaringanmu bertambah luas! Teman fesbukmu bertambah dan follower twittermu bertambah, kini kamu punya jaringan!
Berorganisasi itu, mewadahi minat, mempertajam bakat
kamu jadi bisa mempelajari ilmu interdisipliner dengan berorganisasi. Jika kamu anak Kedokteran Umum, kamu bisa ikut organisasi Pers Mahasiswa dan paham tentang jurnalisme. Lumayan menghibur setelah seharian ini kamu melototin sel darah.
Sebaliknya, jika kamu mahasiswa Filsafat, kamu bisa ikut Unit Kesehatan dan belajar cara memberi nafas buatan, yang mungkin tidak diajari oleh Aristoteles.
Berorganisasi itu, Putting Theory Into Practice
“Percuma saja berteori, tanpa ada praktek nyata.” Well, sebenarnya persepsi ini mesti direvisi sedikit. Pada dasarnya teori lahir berkat praktek empiris di lapangan, dan praktek tentu hanya akan jadi omong kosong bila dilakukan tanpa ada dasar teori yang jelas. Jadi keduanya penting.
Berorganisasi itu, Peduli dengan Lingkungan Sosial
Kepedulian sosial itu, sekali lagi, bisa diwadahi dengan berorganisasi. Bukan berarti kamu harus ikut organisasi gerakan keras dan demo besar-besaran waktu harga BBM naik, kepedulian sosial selalu bisa diawali dari kegiatan kecil dan bertahap. Ketika kamu gabung di organisasi kerohanian/keagamaan, akan sering sekali kamu akan mengadakan kegiatan bakti sosial (baksos), dimana kamu bisa bagi-bagi nasi bungkus untuk pengemis di tengah jalan. Kamu juga berkesempatan melakukan kunjungan ke Panti Asuhan dan mengajar anak-anak Yatim Piatu.
Berorganisasi itu, menambah nilai CV-mu
Sudah jadi rahasia umum juga bahwa mencantumkan pengalaman berorganisasi dalam CV akan menambah nilai jualmu di hadapan sang reviewer personalia. Dengan punya pengalaman berorganisasi, perusahaan yang merekrutmu pasti akan mempertimbangkanmu baik-baik, karena itu artinya kamu dianggap sudah punya pengalaman dalam bekerja dalam kelompok, alias punya Softskill. Kamu bukan sekedar mahasiswa ber-IPK tinggi tapi kerjanya cuma bolak-balik kuliah-pulang-kuliah-pulang (istilah lawas, “mahasiswa kupu-kupu”). IPK itu penting untuk dipertahankan, untuk menunjukkan bahwa kamu serius dalam studimu, tapi jangan sampai kamu mendewakkan IPKmu sehingga tidak mengembangkan diri di luar perkuliahan.
Berorganisasi itu, mungkin bisa mempertemukanmu dengan jodoh
No comments:
Post a Comment